PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN FRAUD
Pendeteksian Fraud
Fraud bisa dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang baik dan dapat dipercaya. Apabila
pelaku fraud tidak segera ditindak, maka kerugian perusahaan semakin besar dan memberi cerminan yang buruk bagi
karyawan lain
Kemungkinan besar suatu kecurangan terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka tidak dapat dipungkiri seseorang akan melakukan ketidakjujuran. Tetapi, organisasi punya pilihan, mereka dapat membentuk lingkungan pekerjaan dimana kemungkinan terjadinya fraud sangat kecil, atau lingkungan pekerjaan yang brepeluang kemungkinan terjadinya fraud sangat besar.
Terdapat empat cara dalam memerangi kecurangan,
yaitu dengan pencegahan, pendeteksian dini, investigasi, dan tindakan hukum.
Kedua poin pertama merupakan tindakan yang lebih efektif dan murah. Selain itu
dalam memerangi kecurangan terdapat lima elemen penting, yaitu:
1.
Top
manajemen memberikan contoh perilaku yang tepat: manajemen harus menekankan
pada karyawan apabila ada ketidakjujuran, kejadian yang dipertanyakan, dan
perilaku tidak etis maka perbuatan tersebut tidak dapat ditoleransi.
2.
Merekrut
karyawan baru melalui proses penerimaan yang tepat: apabila akan merekrut
karyawan harus sesuai prosedur seperti melakukan penyelidikan mengenai latar
belakang calon pekerja, mengetahui bagaimana respon calon pekerja terhadap
pertanyaan yang diajukan saat wawancara dan sebagainya.
3.
Mengkomunikasikan
harapan-harapan mengenai: nilai-nilai dan etika; pelatihan kepedulian terhadap
fraud yang akan membantu karyawan untuk memahami masalah yang mungkin muncul,
bagaimana cara menghadapi, mengatasi, serta melaporkannya; dan memberikan sangsi
terhadap pelaku fraud. Untuk penerapannya, perusahaan bisa membuat kode etik
secara tertulis dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan.
4.
Membudayakan
kejujuran meliputi pengembangan lingkungan yang positif. Bisa dilakukan dengan
membayar gaji atau upah karyawan secara realistis, dan adanya keterbukaan antar
sesame karyawan.
5.
Menerapkan
kebijakan organisasi untuk menangani saat kasus fraud terjadi. Penerapannya
adalah membuat kebijakan mengenai sangsi/hukuman yang jelas kepada setiap
pelaku fraud di perusahaan.
Pada dasarnya kecurangan dapat
terlebih dahulu dideteksi keberadaanya, hal ini menuntut pihak perusahaan
ataupun pihak auditor lebih peka terhadap segala aktivitas yang ada dalam
perusahaan, dalam hal ini terdapat beberapa faktor ciri-ciri yang menunjukkan
adanya suatu kecurangan dalam suatu perusahaan. yaitu sebagai berikut :
1.
Penyimpangan
akuntansi
Penyimpangan akuntansi yang biasa terjadi biasanya
meliputi masalah asal dokumen, kesalahan entry jurnal, dan ketidakakuratan buku
besar. Contoh: Dokumen yang terlewatkan, Stale
Items, Duplikasi pembayaran, Tulisan tangan yang patut dipertanyakan dalam dokumen, Entry jurnal tanpa dokumen pendukung, Penyesuaian
yang tidak dapat dijelaskan, Entry jurnal dibuat dekat dengan akhir
periode akuntansi, Buku besar tidak balance, dll.
2.
Kelemahan
dalam pengendalian internal
Salah satu tujuan utama dari pengendalian internal adalah
penjagaan aset. Ketika pengendalian internal lemah, hal ini berarti perusahaan memberikan peluang terjadinya fraud.
3.
Penyimpangan
analitis
Adalah prosedur atau hubungan yang tidak biasa atau
terlalu tidak realistis untuk dapat dipercaya. Contoh: Penyesuaian
persediaan yang tidak dapat dijelaskan, Penyimpangan
spesifikasi, Kenaikan potongan, Kelebihan pembelian, dan Terlalu banyak memo debit atau kredit.
4.
Gaya
hidup boros dan berlebihan
pelaku fraud jenis disini dalam memenuhi kebutuhannya
tergolong boros, sehingga hal ini memotivasinya untuk
melakukan fraud. Biasanya para pelaku akan terus mencuri dan kemudian
menggunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang mewah.
5.
Perilaku-perilaku
yang tidak seperti biasanya
Ketika orang-orang terlibat dalam kejahatan, mereka
dilanda perasaan takut dan merasa bersalah. Emosi yang keluar inilah yang
akhirnya mengekspresikan perilaku-perilaku yang tidak biasa dari diri
pelakunya.
6.
Petunjuk
dan aduan
Orang yang dalam posisi mendeteksi fraud biasanya dekat
dengan sang pelaku. Mereka ini secara individu biasanya memberikan petunjuk
atau aduan bahwa fraud telah terjadi. Meski aduan dan petunjuk biasanya jarang
logis, tapi mereka dapat termotivasi oleh dendam, atau frustasi, atau banyak
alasan yang lain.
Pencegahan Fraud
Upaya untuk memberantas adannya segala bentuk
kecurangan, perlu ditingkatkan adanya suatu budaya kejujuran, keterbukaan dan
saling membantu antara pihak internal perusahaan, dan pihak Auditor yang
ditunjuk untuk mengurusi laporan keuangan perusahaan, budaya kejujuran,
keterbukaan dan saling menbantu ini terbagi menjadi empat faktor, yakni :
1.
Merekrut karyawan yang jujur dan menyediakan pelatihan akan
kesadaran fraud
2.
Membentuk
lingkungan kerja yang positif
3.
Menyebarkan
pemahaman yang baik dan kode etik yang dapat diterima
4.
Mengimplementasikan Employee Assistance Programs (EAPs).
Sedangkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengeliminasi peluang terjadinya fraud dan menindak pelaku farud
bisa dilakukan dengan:
1.
Mempunyai internal control yang baik:
(lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, aktivitas pengendalian, pengawasan,
dan komunikasi dan informasi.
2.
Meminimalkan kolusi diantara karyawan
3.
Menginformasikan dengan jelas
kepada supplier dan pihak terkait lainnya tentang kebijakan perusahaan dalam
melawan fraud
4.
Mengawasi karyawan
5.
Memberikan sangsi terhadap para
pelaku fraud
6.
Melakukan audit secara
proaktif: mengidentifikasi risiko yang muncul, mengidentifikasi gejala dari
masing-masing risiko, membangun program audit untuk secara proaktif melihat
gejala/tanda dan kemunculannya, serta mengidentifikasi setiap tanda yang
teridentifikasi.
Tindakan kecurangan disini sering
berhubungan dengan motivasi di belakang penipuan yang dapat berupa
tekanan, kesempatan, atau rasionalisasi atau unsur fraud, bisa dalam
bentuk pencurian, perahasiaan, atau
konversi, dalam hal ini untuk mendeteksi
fraud, para manajer atau auditor harus belajar untuk mengenali gejala dan
memahami gejala tersebut sampai mereka mendapatkan suatu bukti yang menyatakan terjadi atau tidaknya
penipuan tersebut. Penelitian dalam
psikologi menunjukkan bahwa orang-orang yang melakukan kecurangan,
seringkali terpengaruh dengan berbagai tindakan seperti berikut ini: Imsonia, Minuman keras, penyalahgunaan
obat-obat terlarang, sifat lekas marah dan kecurigaan tidak biasa, dan Pengaruh rokok.
Suatu penyelidikan juga sangat membantu dalam
pencegahan adanya suatu bentuk kecurangan, dengan memperhatikan hal-hal penting
dibawah ini :
·
Siapa yang akan
melakukan penyelidikan
·
Bagaimana sesuatu hal
dikomunikasikan ke pihak manajemen
·
Siapa yang akan
menentukan lingkup penyelidikan
·
Siapa yang akan
menentukan metoda penyelidikan
·
Siapa yang akan
mengikuti berdasar pada ujung penipuan dicurigai
·
Siapa yang akan
melakukan wawancara, tinjauan ulang dokumen, dan melaksanakan langkah-langkah
penyelidikan lain
Kesimpulan
Pendeteksian dan pencegahan suatu tindakan
kecurangan dapat dilakukan dengan adanya suatu kerjasama pihak internal
perusahaan maupun pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, dan hal ini bisa
dihindari dengan menciptakan suasana positif dalam lingkungan internal perusahaan,
pemeliharaan hubungan yang baik antara atasan dan bawahan, penciptaan struktur
organisasi yang efektif serta adanya kepedulian pihak manajemen perusahaan
dalam mengatur segala bentuk aktivitas perusahaan maupun para pelaku-pelaku
yang menjalankan segala aktivitas yang bersangkutan.
No comments :
Post a Comment