SIAPA YANG MELAKUKAN FRAUD DAN MENGAPA?
PENDAHULUAN
Siapa Saja yang Terlibat dalam Fraud
Pelaku fraud biasanya tidak dapat
dibedakan dengan orang-orang yang lain dilihat dari segi karakteristik
psikologi maupun demografi. Penelitian beberapa tahun yang lalu melakukan studi
dengan membandingkan pelaku fraud dengan (1) narapidana yang dijebloskan di
penjara karena pelanggaran hak properti dan (2) contoh yang non-kriminal dari
mahasiswa/pelajar. Hasilnya, para pelaku fraud sangat berbeda dengan
perbandingan nomor satu (narapidana pelanggaran hak properti).
Pelaku fraud
umumnya lebih berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka yang
memiliki catatan kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang
lebih baik. Sedangkan untuk perbandingan yang nomor dua, yaitu dengan pelajar,
mereka hanya berbeda tipis. Dimana pelaku fraud cenderung lebih tidak jujur,
lebih mandiri, lebih dewasa, lebih memiliki penyimpangan sosial, serta lebih
empatik daripada pelajar/mahasiswa.
Sangat penting untuk
mengerti tentang karakteristik dari pelaku fraud, karena mereka kelihatan
seperti orang yang memiliki sifat atau perangai yang dicari oleh perusahaan
dalam mencari karyawan, mencari konsumen, dan memilih pemasok. Pengetahuan ini
membantu kita untuk mengerti bahwa (1) kebanyakan pegawai, konsumen, pemasok,
dan partner bisnis memiliki kesesuaian atau cocok dengan karakteristik yang
dimiliki oleh pelaku fraud dan memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud,
(2) sangat sulit untuk memprediksi apa yang menyebabkan pegawai, pemasok,
klien, dan konsumen akan menjadi tidak jujur.
Mengapa Orang-Orang Terlibat Fraud
Ada tiga alasan utama mengapa
orang-orang melakukan fraud, yaitu: (1) tekanan (2) kesempatan dan (3) suatu
cara untuk merasionalisasi bahwa tindakan fraud diperbolehkan. Ketiga elemen
itulah yang kita sebut dengan fraud triangle. Disini akan dijelaskan
masing-masing pengertian dari ketiga elemen tersebut.
1. Elemen Pertama: Tekanan
Tekanan dapat dibagi menjadi empat
tipe, yaitu:
Tekanan Financial
Tekanan Financial
Tekanan
finansial merupakan alasan yang paling umum yang menyebabkan banyak orang
terlibat dalam fraud. Misal melakukan kesalahan dalam melakukan investasi yang
menyebabkan mereka kehilangan uang mereka. Sayangnya, hanya sedikit dari pelaku
fraud yang mau mengaku bahwa mereka memiliki masalah keuangan. Faktanya,
beberapa dari pelaku fraud adalah seorang karyawan yang jujur sebelumnya. Salah
satu studi menunjukkan bahwa 30% perilaku fraud mulai ditunjukkan pelaku ketika
mereka telah berpengalaman bekerja selama 3 tahun pertama sebagai karyawan. 70%
pegawai terlibat ketika mereka berpengalaman bekerja selama 4-35 tahun. Dan
kelompok umur pegawai yang menduduki peringkat tertinggi dalam perilaku fraud
adalah mereka yang telah berumur 35 dan 44 tahun.
Biasanya,
ketika manajemen fraud terjadi, perusahaan melebih-lebihkan aktiva dalam neraca
dan pendapatan bersih dalam laporan keuangan. Perusahaan biasanya merasa
ditekan untuk melakukan hal tersebut, karena melemahnya posisi kas, banyak
piutang yang tak tertagih, kehilangan konsumen, persediaan banyak yang usang,
penurunan pasar, dan membatasi kontrak atau perjanjian pinjaman yang mana
perusahaan melanggarnya.
Kejahatan/Pelanggaran
Kejahatan/Pelanggaran
Gaya hidup
bebas-tanpa kendali biasanya disebut-sebut sebagai pemicu orang-orang jujur
dapat terlibat dalan fraud. Contohnya, berjudi, memakai obat-obatan
terlarang/narkoba, minum alkohol, atau berbakat mencuri sejak umur yang masih
dini. Hal-hal seperti itu dapat memicu tekanan finansial, karena orang-orang
akan membutuhkan uanng yang lebih banyak dari seharusnya untuk memenuhi
kebutuhannya itu.
Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan
Faktor-faktor
yang memicu timbulnya fraud yang berhubungan dengan tekanan pekerjaan, yaitu
seperti tidak adanya penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukannya,
ketidakpuasan terhadap pekerjaan, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, sedang
mencari-cari promosi kenaikan jabatan, serta kurangnya upah atau gaji yang
diberikan.
Tekanan-tekanan yang Lain
Tekanan-tekanan yang Lain
Terkadang,
fraud juga dapat dipicu oleh tekanan-tekanan yang lain, seperti keinginan
istri/suami yang menginginkan peningkatan gaya hidup yang lebih mewah serta
keinginan untuk menggerakkan atau memimpin system yang sedang berjalan, seperti
perusahaan suami/istri mereka. Kita terkadang sulit untuk membedakan antara
keinginan dan kebutuhan. Biasanya kita hanya dilatari oleh nafsu dan keinginan
biasa untuk dapat meningkatkan kehidupan kita menjadi lebih baik. Mengapa?
Karena kita selalu berpersepsi bahwa orang yang “sukses” adalah orang yang
kaya, memiliki rumah besar, mobil, dan seabrek kemewahan lain. Tetapi kita
tidak melihat ke”sukses”an yang sebenarnya ada pada kehormatan, harga diri,
kejujuran dan integritas kita. Dan bagi sebagian orang kesuksesan dalam artian
kaya lebih penting dibanding kejujuran. Jika tiap-tiap individu memiliki
integritas tinggi dan kesempatan yang rendah, mereka membutuhkan tekanan yang
tinggi atau sulit untuk dapat menjadi tidak jujur.
2. Elemen Kedua: Kesempatan
Setidaknya ada enam faktor utama
yang dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat terlibat
dalam tindakan fraud, yaitu: Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat
mencegah atau mendeteksi adanya perilaku kecurangan/fraud;Ketidakmampuan untuk
menilai kualitas dari performa kinerja;Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud;
Kurangnya akses informasi;Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis;Kurangnya
jejak audit.
Faktor Pengendalian
Pengendalian yang Dapat Mencegah dan
Mendeteksi Adanya Fraud.Ada tiga komponen dalam struktur pengendalian
perusahaan, yaitu: Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan
atmosfir kinerja dari perusahaan yang dibangun untuk para karyawan. Elemen paling utama dari lingkungan pengendalian
yang layak adalah aturan manajemen dan contoh. Menjadi contoh manajemen
yang baik merupakan elemen pertama dari pencegahan fraud. Dimana jika manajemen
memberikan contoh yang tidak jujur maka akan ditiru oleh karyawannya.
Berkomunikasi
dengan baik dengan karyawan adalah elemen kedua paling penting untuk menjalankan
lingkungan pengendalian yang efektif. Contoh-contoh dari komunikasi yang baik
adalah mengadakan manajemen perilaku, orientation meeting, pelatihan, diskusi
dengan supervisor/karyawan, serta pertemuan untuk membahas perbedaan antara
perilaku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima.
Elemen
ketiga yang terpenting adalah dengan perekrutan karyawan dengan kualifikasi yang layak. Misal, jika dalam kualifikasinya
terdapat catatan kriminal, kesalahan calon karyawan, temperamental yang tidak
terkontrol, alkoholik, ketergantungan obat-obatan terlarang, dan pola-pola yang
menyebabkan dia dipecat dari perusahaan sebelumya, maka lebih baik jika
perusahaan tidak menerimanya bekerja. Elemen
keempat adalah struktur organisasi yang jelas, tiap-tiap individu dalam
organisasi tahu pasti siapa yang bertanggungjawab atas tiap-tiap aktivitas
bisnis.dengan struktur organisasi yang jelas kita akan dengan mudah mengetahui
adanya asset- aset yang hilang dan menelusurinya. Elemen kelima terpenting adalah bagian audit internal yang efektifyang
dikombinasikan dengan tindakan keamanan dan pencegahankehilangan. Meskipun
internal auditor hanya dapat mendeteksi sekitar 20% dari karyawanyang melakukan
fraud, tetapi kehadiran dari internal auditor dapat memberikan efek deteksi yang
signifikan.
Sistem
Akuntansi
Setiap fraud terdiri atas tiga
elemen utama, yaitu (1) pencurian aset-aset, (2) merahasiakan atau
menyembunyikan fraud dan aset-aset yang telah dicurinya, dan (3) pelaku
menukarkan asset yang telah dicurinya menjadi uang kas dan dihabiskan untuk
digunakan. Sistem akuntansi yang efektif dapat menyediakan jejak audit untuk
menelusuri adanya pencurian dan penyembunyian aset-aset. Selain itu, sistem
akuntansi juga harus melakukan pencatatan transaksi akuntansi. Dan catatan
transaksi tersebut harus: (1) valid (2) diotorisasi dengan baik (3) lengkap (4)
diklasifikasikan dengan baik (5) dilaporkan dalam periode yang tepat (6)
dinilai dengan baik (7) telah diringkas dengan baik.
Prosedur
atau Aktivitas Pengendalian
Ada lima prosedur atau aktivitas
pengendalian utama:
Pemisahan tugas/wewenang
Meliputi
pembagian tugas menjadi dua bagian, jadi tidak ada individu yang memiliki
pengendalian secara penuh terhadap 1 tugas. Dual custody mengacu pada dua
individu bekerja dalam satu tugas. Biasanya pemisahan wewenang ini adalah yang
paling mahal dari aktivitas dan prosedur pengendalian yang lain.
Sistem Otorisasi
Sistem
otorisasi yang layak dapat dilihat dari berbagai bentuk. Otorisasi password
untuk tiap-tiap individu yang ingin membuka komputer dan mengakses database
perusahaan, otorisasi tandatangan untuk tiap individu yang ingin memasuki
tabungan perusahaan di bank, melakukan pemeriksaan kas, menunjukkan fungsi lain
dari institusi keuangan. Otorisasi terbatas bagi individu yang ingin mengambil
uang dari perusahaan sesuai dengan hak dari begiannya.
Pemeriksaan Independen
Tiap-tiap
orang diharapkan untuk tahu dan mengerti bahwa aktivitas dan performa kinerja
mereka telah dan sedang dimonitor oleh seseorang yang dipercaya oleh
perusahaan. Seperti ketika sementara karyawan mereka pergi, yang lainnya
mengecek performa kinerja mereka, rotasi kerja secara berkala, perhitungan dan
sertifikasi kas, review supervisor, memberlakukan aturan-aturan yang ketat bagi
karyawan, dan menggunakan auditor.
Pengamanan Fisik
Melindungi
aset-asetnya dengan misal, menyimpan uangnya di bank, menguncinya di brankas,
peralatan dan perlengkapan disimpan dan dikunci di lemari, dan lain sebagainya.
Dokumen dan Pencatatan
Dokumen dan pencatatan dapat
digunakan sebagai alat pendekteksi adanya penyimpangan aktivitas. Seperti, di
bank disediakan laporan bulanan mengenai aktivitas yang terjadi di tabungan
perusahaan, siapa saja yang mengambil dan menyimpan akan dilaporkan di sana,
serta dokumen penjualan, pembelian, dan transaksi yang lain.
Faktor Non-Pengendalian: Ketidakmampuan untuk menilai
kualitas dari performa kinerja
Jika kita meminta orang untuk
memperbaiki pagar, kita dapat melihat performa dan kualitas kinerja dari pekerja
tadi apakah baik atau tidak, sesuai atau tidak dengan kontrak yang dijanjikan
dan apakah kita layak memberikannya bayaran yang pantas seperti perjanjian di
kontrak. Tetapi jika kita menilai kinerja dari pengacara, dokter, akuntan, ahli
mesin, maupun mekanik, terkadang masih sulit bagi kita untuk mengetahui
performa mereka dan apakah kita pantas jika memberikan bayaran sekian atau
tidak pada mereka.
Faktor Non-Pengendalian: Gagal untuk mendisiplinkan
pelaku fraud
Individu yang terlibat fraud tersebut
tidak dihukum atau hanya diberhentikan saja tanpa ganjaran yang berat sehingga
terkadang mereka tidak kapok melakukan kegiatan fraud, karena hukumannya
ringan. Perasaan terhina atau rendah diri biasanya menjadi factor utama
terjadinya perulanganaktivitas fraud di masa depan. Karena itulah hukuman atau
ganjaran yang berat sesuai besarnyafraud yang dilakukannya dirasa pantas dan
harus dijalankan.
Faktor Non-Pengendalian: Kurangnya akses informasi
Banyak fraud terjadi karena korban
tidak memiliki akses informasi yang dimiliki oleh pelaku fraud. Biasanya
terjadi di manjemen fraud yang dilakukan oleh pelaku terhadap pemegang saham,
investor, dan debt holders, karena mereka adalah pihak ekstern perusahaan yang
tidak memiliki akses penuh untuk melihat informasi perusahaan seperti yang
dipunyai oleh pelaku. Korban bias saja untuk melindungi mereka dari perbuatan
fraud dengan meminta dengan tegas pengungkapan penuh, termasuk di dalamnya
adalah pernyataan keuangan auditan, sejarah bisnis, dan informasi lain yang
mungkin berhubungan dengan tindakan fraud.
Faktor Non-Pengendalian: Ketidak mampuan, ketidak
cakapan, serta sikap apatis
Orang-orang tua, individu dengan
kesulitan atau keterbatasan bahasa, dan warga yang gampang tersinggung sangat
mudah sekali menjadi korban fraud, karena pelaku tahu bahwa orang-orang semacam
itu tidak memiliki kapasitas atau pengetahuan untuk mendeteksi perilaku illegal
mereka.
Faktor Non-Pengendalian: Kurangnya jejak audit
Organisasi melakukan langkah yang
tepat dengan membuat dokumen dan menyediakan jejak audit sehingga transaksi
dapat direkonstruksi dan ditelaah
lagi lain waktu. Banyak fraud yang melibatkan pembayaran kas dan manipulasi
pencatatan yang tidak dapat diikuti, karena mereka harus merahasiakannya dari
umum. Ketika berhadapan dengan keputusan untuk mengambil pencatatan keuangan
yang mana yang harus mereka manipulasi, kebanyakan mereka para pelaku memilih
pernyataan pendapatan, karena mereka tahu bahwa jejak auditnya akan segera
dihapus.
3. Elemen Ketiga: Rasionalisasi
Rasionalisasi maksudnya adalah
pelaku fraud meyakinkan diri mereka sendiri bahwa fraud tersebut diperbolehkan
dengan berbagi argumentasi yang mereka berikan. Semisal seperti Robin Hood, dia
melakukan tindakan fraud, yaitu mencuri harta orang kaya. Seharusnya hal
demikian tidak boleh dilakukan, tetapi dia berargumentasi bahwa dia memberikan
harta yang dicurinya tersebut kepada orang miskin. Sehingga menurut dia hal
tersebut (fraud) diperbolehkan karena bertujuan baik. Ada beberapa
rasionalisasi yang biasanya digunakan oleh para fraudsters/pelaku fraud, yaitu:
‘perusahaan meminjamkannya padaku’; ‘aku hanya meminjam-nanti akan kukemablikan
lagi’; ‘tidak ada orang yang terluka’; ‘aku pantas mendapatkan lebih’; ‘ini
untuk tujuan baik’; ‘kami akan memperbaiki pencatatan secepatnya setelah
kesulitan ekonomi kami selesai’; ‘sesuatu harus dikorbankan, entah tiu
integritasku atau reputasiku’.
PEMBAHASAN KASUS
Kasus 2-8
Saya adalah pemilik
sebuah department store di kota kecil. Seluruh karyawan yang bekerja dengan
saya merupakan karyawan lama yang telah bekerja bertahun-tahun dan saya telah
mengenal dengan baik seluruh karyawan saya. Oleh karena itu, tidak ada alasan
saya untuk khawatir mengenai pengendalian internal. Saya telah memberikan
contoh yang baik kepada karyawan dan saya secara aktif melibatkan diri dalam
setiap aktivitas bisnis sekaligus memberikan pelatihan kepada setiap karyawan.
Namun, beberapa waktu
belakangan ini saya merasa curiga dengan salah satu karyawan yang bekerja
sebagai kasir. Saya curiga bahwa kasir tersebut telah mencuri uang dari cash register. Padahal karyawan tersebut
telah bekerja dengan saya selama 15 tahun dan dia merupakan karyawan yang baik
dan jujur. Setelah melakukan penyelidikan ternyata kasir tersebut terbukti
bersalah telah melakukan pencurian sejumlah uang dan telah mengakui bahwa dia
telah mencuri uang sejumlah $25.000 dalam kurun waktu beberapa tahun ini.
Awalnya dia melakukan hal tersebut untuk memberikan hadiah bagi istri dan
anaknya. Namun, beberapa tahun kemudian, istrinya dipecat dari pekerjaanya
sedangkan mereka memiliki anak lagi dan banyak tagihan yang harus dibayar.
Pertanyaan :
1.
Elemen fraud apakah yang ada pada kasus ini?
2. Bagaimana kita dapat mendeteksi dan mencegah fraud
sejak awal?
3.
Bagaimana kita mendekatkan diri dengan karyawan
berkaitan dengan interaksi dan hubungan di masa depan?
4. Apakah penggunaan kamera tersembunyi dan sistem
komputer yang memadai sebagai pengendalian internal dapat mencegah fraud?
Pembahasan :
1.
Elemen fraud yang ada pada kasus ini adalah :
·
Tekanan:
a. Keinginan untuk membahagiakan keluarga dengan memberi hadiah kecil kepada istri dan kedua anaknya menyebabkan karyawan melakukan
fraud.
b.
Dipecatnya istri dari pekerjaannya menyebabkan karyawan harus menanggung seluruh biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar setiap tagihan
yang ada.
Kesempatan:
lemahnya pengendalian internal yang ditunjukkan dengan tidak adanya pemisahan fungsi.
Karyawan bertanggung jawab pada bagian kasir, namun dia juga memiliki akses terhadap
register kas. Selain
itu, lemahnya sistem pengawasan perusahaan yang disebabkan oleh tingkat
kepercayaan perusahaan yang sangat tinggi kepada karyawan memungkinkan
kecurangan karyawan
tidak/lambat terdeteksi.
Rasionalisasi
a. Karyawan telah bekerja dalam waktu
yang panjang, yaitu 15 tahun
dan selama itu, dia dikenalsebagaikaryawanyang baikdanjujur.
b. Sifat
kekeluargaan yang kental dalam melaksanakan kegiatan bisnis telah meresap pada
lingkungan kerja.
2.
Kita dapat mendeteksi tindak kecurangan ini sejak awal
dengan melakukan kontrol dokumen dan pencatatan. Pemilik dapat melakukan
pencocokan catatan dan dokumen bagian gudang yang mengatur persediaan dengan
penjualan yang terjadi. Selanjutnya, jika ternyata dicurigai adanya kecurangan,
dapat dilakukan deteksi dengan menggunakan kamera pengawas.
Sedangkan pencegahan dapat dilakukan dengan
menciptakan lingkungan pengendalian yang baik, bisa dilakukan dengan cara memberikan contoh manajemen yang
baik terhadap karyawan, berkomunikasi
dengan baik dengan karyawan, perekrutan
karyawan dengan kulifikasi yang layak, membentuk struktur organisasi yang
jelas, dan yang terakhir membentuk bagian
audit internal yang efektif yang dikombinasikan dengan tindakan keamanan dan
pencegahan kehilangan.
3.
Pendekatan yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak
hanya melibatkan diri kita dalam aktivitas bisnis, tetapi melakukan komunikasi
secara personal terhadap karyawan. Dalam kasus ini, hal ini diperlukan karena
kasir tersebut tidak pernah menceritakan masalah keuangannya kepada pemilik
department store. Sepertinya ia menganggap bahwa masalah keuangan yang sedang
dia hadapi merupakan masalah pribadi yang tidak perlu diketahui oleh orang
lain. Jika pemilik department store dapat berkomunikasi dengan baik terhadap
karyawan, maka pemilik tersebut dapat mengetahui masalah yang sedang dihadapi
dan dapat membantu memberikan alternatif penyelesaiannya.
4.
Penggunaan kamera pengawas mungkin dapat mencegah
terjadinya fraud. Namun, kamera tersebut sebenarnya lebih berfungsi dalam
pendeteksian fraud. Sedangkan peningkatan sistem komputer dapat mencegah fraud
jika input-proses-output berjalan dengan baik.
Kasus 2-13
Sebagai seorang anggota staf baru di sebuah
perusahaan besar nasional, Anda sangat bersemangat dengan
peluang karir Anda. Anda berharap dapat belajar dari karyawan senior di
perusahaan yang Anda anggap sebagai salah satu karyawanterbaik di perusahaan. Selama minggu pertama pelatihan, anda dipanduolehseorang mentor. Peran mentor adalah untuk membantu anda mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan anda kelak. Ternyata, mentor Anda
yang lain adalah salah satu karyawan terbaik yang Anda hormati.
Suatu hari, ia mengajak
keluar makan siang. Ketika Anda makan, Anda mulai membahas kebijakan
perusahaan. Dia menjelaskan pada Anda mengenai kebijakan penggantian biaya.
Kebijakan perusahaan menentukan bahwa biaya seperti makan siang adalah tanggung
jawab karyawan dan tidak dapat dikompensasikan. Pengecualian terhadap kebijakan
ini adalah untuk makan siang dengan klien dan calon klienpotensial,
atau untuk tujuan pekerjaan lainnya. Dia
memberitahu Anda "off the record" bahwa tidak ada seorangpun yang benar-benar
mengikuti kebijakan ini, dan bahwa Anda selalu bisamencaricelah untuk membenarkan biaya makan siang sebagaibiaya yang dapatdiganti, selama anda tidak melakukannya setiap hari. Selain itu, atasan
Anda tidak akan benar-benar meneliti permintaan penggantian biaya apapun yang
berada di bawah $ 25, jadi mengapa khawatir tentang hal itu?
Pertaanyaan
1.
Apakah ini fraud
dengan menjadikan biaya makan siang pribadi sebagai biaya bisnis?
2.
Apa elemenfraud yang
terdapat dalam kasusini?
3. Bagaimana Anda menanggapi sikap mentor
dan yang karyawan lain terkait penyalahgunaan kebijakan perusahaan?
Pembahasan :
1.
Ya, hal yang dilakukan oleh mentor tersebut adalah
fraud/kecurangan.
Menurut Occupational Fraud Classification System,
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi Fraud
(Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, dimana
salah satunya adalah Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation). Asset misappropriation
meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau hartaperusahaan atau pihak lain.
Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudahdideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).Berdasarkan kasus diatas,
penyalahgunaan asset tersebut berkaitan dengan fraudulent disbursement, seperti pengaturan reimburse expense, kesalahan penggolongan biaya, biaya yang terlalu
besar, biaya fiktif, serta penggandaan reimburse
expense.
2.
Elemen Fraud
a.
Rasionalisasi
·
Para
mentor dan karyawan diatas, telah memikirkan bagaimana risiko yang akan timbul
atas kecurangan yang diperbuat. Mereka menjadikan kecurangan tersebut sebagai
suatu tantangan dan merasionalisasinya, sehingga terjadi kecurangan secara
“berjamaah” yang sangat sulit untuk terdeteksi.
·
Mentor
memiliki keinginan untuk melakukan penipuan atas dasar kebutuhan makan siang
yang seharusnya menjadi beban perusahaan, sebaliknya malah menjadi beban
pribadi.
b. Kesempatan
Kelemahan sistem perusahaan dimana tidak adanya
pengawasan yang memadai terhadap reimburse biaya dibawah $25 memicu terjadinya
fraud. Peluang tersebut merupakan fasilitas atas kebutuhan para mentor atau
karyawan yang menginginkan adanya penggantian biaya makan siang.
3.
Honesty
is better than any policy."- Immanuel Kant
Dari
pernyataan diatas, saya sebagai orang baru dan melihat bahwa adanya sebuah
kecurangan di dalam perusahaan. Maka, saya akan mencoba untuk bertindak jujur
atas kebijakan perusahaan. Saya percaya bahwa kejujuran merupakan hal yang
lebih baik dibandingkan semua kebijakan yang dibuat. Maksudnya adalah dari pada
saya harus melakukan perbuatan yang tidak jujur atau curang, lebih baik saya
menaati kebijakan yang dibuat. Pada dasarnya kejujuran adalah kebijakan yang
lebih bijak.
Policy yang dibuat perusahaan pasti memiliki suatu
tujuan. Jika memang tujuan tersebut hanya bersifat sepihak/hanya untuk
kepentingan perusahaan, sebaiknya dilakukan pembicaraan secara baik-baik untuk
menghasilkan win-win solution. Jika pada akhirnya, policy tersebut
bersifat final, dan tidak dapat diganggu gugat. Just take it or leave it!
KESIMPULAN
Pelaku fraud umumnya lebih
berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka yang memiliki catatan
kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik.
Pengetahuan ini membantu kita untuk mengerti bahwa (1) kebanyakan pegawai,
konsumen, pemasok, dan partner bisnis memiliki kesesuaian atau cocok dengan
karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan memiliki kemampuan untuk
terlibat dalam fraud, (2) sangat sulit untuk memprediksi apa yang menyebabkan
pegawai, pemasok, klien, dan konsumen akan menjadi tidak jujur.
Ada tiga alasan utama mengapa
orang-orang melakukan fraud, yaitu: (1) tekanan (2) kesempatan dan (3) suatu
cara untuk merasionalisasi bahwa tindakan fraud diperbolehkan. Ketiga elemen
itulah yang kita sebut dengan fraud triangle. Tekanan dapat dibagi menjadi
empat tipe, yaitu: tekanan finansial, tekanan kejahatan, tekanan yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan tekanan lain-lain. ada enam faktor utama yang
dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat terlibat dalam
tindakan fraud, yaitu: Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat
mencegah atau mendeteksi adanya perilaku kecurangan/fraud; Ketidakmampuan untuk
menilai kualitas dari performa kinerja;Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud;
Kurangnya akses informasi;Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis;Kurangnya
jejak audit.Ada lima prosedur atau aktivitas pengendalian utama: Pemisahan
tugas/wewenang, Sistem Otorisasi, Pemeriksaan Independen, Pengamanan Fisik,
Dokumen dan Pencatatan
No comments :
Post a Comment