Welcome to My Blog. Semoga Bermanfaat :)(Akuntansi | Al-Catraz | Hobby | Opini | Other Story)

4 September 2013

Siapa yang melakukan Fraud dan Mengapa?


SIAPA YANG MELAKUKAN FRAUD DAN MENGAPA?


PENDAHULUAN
Siapa Saja yang Terlibat dalam Fraud
     Pelaku fraud biasanya tidak dapat dibedakan dengan orang-orang yang lain dilihat dari segi karakteristik psikologi maupun demografi. Penelitian beberapa tahun yang lalu melakukan studi dengan membandingkan pelaku fraud dengan (1) narapidana yang dijebloskan di penjara karena pelanggaran hak properti dan (2) contoh yang non-kriminal dari mahasiswa/pelajar. Hasilnya, para pelaku fraud sangat berbeda dengan perbandingan nomor satu (narapidana pelanggaran hak properti).
     Pelaku fraud umumnya lebih berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka yang memiliki catatan kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik. Sedangkan untuk perbandingan yang nomor dua, yaitu dengan pelajar, mereka hanya berbeda tipis. Dimana pelaku fraud cenderung lebih tidak jujur, lebih mandiri, lebih dewasa, lebih memiliki penyimpangan sosial, serta lebih empatik daripada pelajar/mahasiswa.
Sangat penting untuk mengerti tentang karakteristik dari pelaku fraud, karena mereka kelihatan seperti orang yang memiliki sifat atau perangai yang dicari oleh perusahaan dalam mencari karyawan, mencari konsumen, dan memilih pemasok. Pengetahuan ini membantu kita untuk mengerti bahwa (1) kebanyakan pegawai, konsumen, pemasok, dan partner bisnis memiliki kesesuaian atau cocok dengan karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud, (2) sangat sulit untuk memprediksi apa yang menyebabkan pegawai, pemasok, klien, dan konsumen akan menjadi tidak jujur.
Mengapa Orang-Orang Terlibat Fraud
Ada tiga alasan utama mengapa orang-orang melakukan fraud, yaitu: (1) tekanan (2) kesempatan dan (3) suatu cara untuk merasionalisasi bahwa tindakan fraud diperbolehkan. Ketiga elemen itulah yang kita sebut dengan fraud triangle. Disini akan dijelaskan masing-masing pengertian dari ketiga elemen tersebut.
1. Elemen Pertama: Tekanan
Tekanan dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
Tekanan Financial
   Tekanan finansial merupakan alasan yang paling umum yang menyebabkan banyak orang terlibat dalam fraud. Misal melakukan kesalahan dalam melakukan investasi yang menyebabkan mereka kehilangan uang mereka. Sayangnya, hanya sedikit dari pelaku fraud yang mau mengaku bahwa mereka memiliki masalah keuangan. Faktanya, beberapa dari pelaku fraud adalah seorang karyawan yang jujur sebelumnya. Salah satu studi menunjukkan bahwa 30% perilaku fraud mulai ditunjukkan pelaku ketika mereka telah berpengalaman bekerja selama 3 tahun pertama sebagai karyawan. 70% pegawai terlibat ketika mereka berpengalaman bekerja selama 4-35 tahun. Dan kelompok umur pegawai yang menduduki peringkat tertinggi dalam perilaku fraud adalah mereka yang telah berumur 35 dan 44 tahun.
    Biasanya, ketika manajemen fraud terjadi, perusahaan melebih-lebihkan aktiva dalam neraca dan pendapatan bersih dalam laporan keuangan. Perusahaan biasanya merasa ditekan untuk melakukan hal tersebut, karena melemahnya posisi kas, banyak piutang yang tak tertagih, kehilangan konsumen, persediaan banyak yang usang, penurunan pasar, dan membatasi kontrak atau perjanjian pinjaman yang mana perusahaan melanggarnya. 
Kejahatan/Pelanggaran
   Gaya hidup bebas-tanpa kendali biasanya disebut-sebut sebagai pemicu orang-orang jujur dapat terlibat dalan fraud. Contohnya, berjudi, memakai obat-obatan terlarang/narkoba, minum alkohol, atau berbakat mencuri sejak umur yang masih dini. Hal-hal seperti itu dapat memicu tekanan finansial, karena orang-orang akan membutuhkan uanng yang lebih banyak dari seharusnya untuk memenuhi kebutuhannya itu.
Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan
    Faktor-faktor yang memicu timbulnya fraud yang berhubungan dengan tekanan pekerjaan, yaitu seperti tidak adanya penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukannya, ketidakpuasan terhadap pekerjaan, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, sedang mencari-cari promosi kenaikan jabatan, serta kurangnya upah atau gaji yang diberikan. 
 Tekanan-tekanan yang Lain
    Terkadang, fraud juga dapat dipicu oleh tekanan-tekanan yang lain, seperti keinginan istri/suami yang menginginkan peningkatan gaya hidup yang lebih mewah serta keinginan untuk menggerakkan atau memimpin system yang sedang berjalan, seperti perusahaan suami/istri mereka. Kita terkadang sulit untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Biasanya kita hanya dilatari oleh nafsu dan keinginan biasa untuk dapat meningkatkan kehidupan kita menjadi lebih baik. Mengapa? Karena kita selalu berpersepsi bahwa orang yang “sukses” adalah orang yang kaya, memiliki rumah besar, mobil, dan seabrek kemewahan lain. Tetapi kita tidak melihat ke”sukses”an yang sebenarnya ada pada kehormatan, harga diri, kejujuran dan integritas kita. Dan bagi sebagian orang kesuksesan dalam artian kaya lebih penting dibanding kejujuran. Jika tiap-tiap individu memiliki integritas tinggi dan kesempatan yang rendah, mereka membutuhkan tekanan yang tinggi atau sulit untuk dapat menjadi tidak jujur.

2. Elemen Kedua: Kesempatan
Setidaknya ada enam faktor utama yang dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat terlibat dalam tindakan fraud, yaitu: Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat mencegah atau mendeteksi adanya perilaku kecurangan/fraud;Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja;Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud; Kurangnya akses informasi;Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis;Kurangnya jejak audit.
Faktor Pengendalian
Pengendalian yang Dapat Mencegah dan Mendeteksi Adanya Fraud.Ada tiga komponen dalam struktur pengendalian perusahaan, yaitu: Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan atmosfir kinerja dari perusahaan yang dibangun untuk para karyawan. Elemen paling utama dari lingkungan pengendalian yang layak adalah aturan manajemen dan contoh. Menjadi contoh manajemen yang baik merupakan elemen pertama dari pencegahan fraud. Dimana jika manajemen memberikan contoh yang tidak jujur maka akan ditiru oleh karyawannya.
Berkomunikasi dengan baik dengan karyawan adalah elemen kedua paling penting untuk menjalankan lingkungan pengendalian yang efektif. Contoh-contoh dari komunikasi yang baik adalah mengadakan manajemen perilaku, orientation meeting, pelatihan, diskusi dengan supervisor/karyawan, serta pertemuan untuk membahas perbedaan antara perilaku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima.
Elemen ketiga yang terpenting adalah dengan perekrutan karyawan dengan kualifikasi yang layak. Misal, jika dalam kualifikasinya terdapat catatan kriminal, kesalahan calon karyawan, temperamental yang tidak terkontrol, alkoholik, ketergantungan obat-obatan terlarang, dan pola-pola yang menyebabkan dia dipecat dari perusahaan sebelumya, maka lebih baik jika perusahaan tidak menerimanya bekerja. Elemen keempat adalah struktur organisasi yang jelas, tiap-tiap individu dalam organisasi tahu pasti siapa yang bertanggungjawab atas tiap-tiap aktivitas bisnis.dengan struktur organisasi yang jelas kita akan dengan mudah mengetahui adanya asset- aset yang hilang dan menelusurinya. Elemen kelima terpenting adalah bagian audit internal yang efektifyang dikombinasikan dengan tindakan keamanan dan pencegahankehilangan. Meskipun internal auditor hanya dapat mendeteksi sekitar 20% dari karyawanyang melakukan fraud, tetapi kehadiran dari internal auditor dapat memberikan efek deteksi yang signifikan.

Sistem Akuntansi
Setiap fraud terdiri atas tiga elemen utama, yaitu (1) pencurian aset-aset, (2) merahasiakan atau menyembunyikan fraud dan aset-aset yang telah dicurinya, dan (3) pelaku menukarkan asset yang telah dicurinya menjadi uang kas dan dihabiskan untuk digunakan. Sistem akuntansi yang efektif dapat menyediakan jejak audit untuk menelusuri adanya pencurian dan penyembunyian aset-aset. Selain itu, sistem akuntansi juga harus melakukan pencatatan transaksi akuntansi. Dan catatan transaksi tersebut harus: (1) valid (2) diotorisasi dengan baik (3) lengkap (4) diklasifikasikan dengan baik (5) dilaporkan dalam periode yang tepat (6) dinilai dengan baik (7) telah diringkas dengan baik.

Prosedur atau Aktivitas Pengendalian
Ada lima prosedur atau aktivitas pengendalian utama:
      Pemisahan tugas/wewenang
    Meliputi pembagian tugas menjadi dua bagian, jadi tidak ada individu yang memiliki pengendalian secara penuh terhadap 1 tugas. Dual custody mengacu pada dua individu bekerja dalam satu tugas. Biasanya pemisahan wewenang ini adalah yang paling mahal dari aktivitas dan prosedur pengendalian yang lain.
     Sistem Otorisasi
   Sistem otorisasi yang layak dapat dilihat dari berbagai bentuk. Otorisasi password untuk tiap-tiap individu yang ingin membuka komputer dan mengakses database perusahaan, otorisasi tandatangan untuk tiap individu yang ingin memasuki tabungan perusahaan di bank, melakukan pemeriksaan kas, menunjukkan fungsi lain dari institusi keuangan. Otorisasi terbatas bagi individu yang ingin mengambil uang dari perusahaan sesuai dengan hak dari begiannya.
     Pemeriksaan Independen
    Tiap-tiap orang diharapkan untuk tahu dan mengerti bahwa aktivitas dan performa kinerja mereka telah dan sedang dimonitor oleh seseorang yang dipercaya oleh perusahaan. Seperti ketika sementara karyawan mereka pergi, yang lainnya mengecek performa kinerja mereka, rotasi kerja secara berkala, perhitungan dan sertifikasi kas, review supervisor, memberlakukan aturan-aturan yang ketat bagi karyawan, dan menggunakan auditor.
     Pengamanan Fisik
   Melindungi aset-asetnya dengan misal, menyimpan uangnya di bank, menguncinya di brankas, peralatan dan perlengkapan disimpan dan dikunci di lemari, dan lain sebagainya.
      Dokumen dan Pencatatan
   Dokumen dan pencatatan dapat digunakan sebagai alat pendekteksi adanya penyimpangan aktivitas. Seperti, di bank disediakan laporan bulanan mengenai aktivitas yang terjadi di tabungan perusahaan, siapa saja yang mengambil dan menyimpan akan dilaporkan di sana, serta dokumen penjualan, pembelian, dan transaksi yang lain.

Faktor Non-Pengendalian: Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja
Jika kita meminta orang untuk memperbaiki pagar, kita dapat melihat performa dan kualitas kinerja dari pekerja tadi apakah baik atau tidak, sesuai atau tidak dengan kontrak yang dijanjikan dan apakah kita layak memberikannya bayaran yang pantas seperti perjanjian di kontrak. Tetapi jika kita menilai kinerja dari pengacara, dokter, akuntan, ahli mesin, maupun mekanik, terkadang masih sulit bagi kita untuk mengetahui performa mereka dan apakah kita pantas jika memberikan bayaran sekian atau tidak pada mereka.

Faktor Non-Pengendalian: Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud
Individu yang terlibat fraud tersebut tidak dihukum atau hanya diberhentikan saja tanpa ganjaran yang berat sehingga terkadang mereka tidak kapok melakukan kegiatan fraud, karena hukumannya ringan. Perasaan terhina atau rendah diri biasanya menjadi factor utama terjadinya perulanganaktivitas fraud di masa depan. Karena itulah hukuman atau ganjaran yang berat sesuai besarnyafraud yang dilakukannya dirasa pantas dan harus dijalankan.
Faktor Non-Pengendalian: Kurangnya akses informasi
Banyak fraud terjadi karena korban tidak memiliki akses informasi yang dimiliki oleh pelaku fraud. Biasanya terjadi di manjemen fraud yang dilakukan oleh pelaku terhadap pemegang saham, investor, dan debt holders, karena mereka adalah pihak ekstern perusahaan yang tidak memiliki akses penuh untuk melihat informasi perusahaan seperti yang dipunyai oleh pelaku. Korban bias saja untuk melindungi mereka dari perbuatan fraud dengan meminta dengan tegas pengungkapan penuh, termasuk di dalamnya adalah pernyataan keuangan auditan, sejarah bisnis, dan informasi lain yang mungkin berhubungan dengan tindakan fraud.

Faktor Non-Pengendalian: Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis
Orang-orang tua, individu dengan kesulitan atau keterbatasan bahasa, dan warga yang gampang tersinggung sangat mudah sekali menjadi korban fraud, karena pelaku tahu bahwa orang-orang semacam itu tidak memiliki kapasitas atau pengetahuan untuk mendeteksi perilaku illegal mereka.

Faktor Non-Pengendalian: Kurangnya jejak audit
Organisasi melakukan langkah yang tepat dengan membuat dokumen dan menyediakan jejak audit sehingga transaksi dapat direkonstruksi dan ditelaah lagi lain waktu. Banyak fraud yang melibatkan pembayaran kas dan manipulasi pencatatan yang tidak dapat diikuti, karena mereka harus merahasiakannya dari umum. Ketika berhadapan dengan keputusan untuk mengambil pencatatan keuangan yang mana yang harus mereka manipulasi, kebanyakan mereka para pelaku memilih pernyataan pendapatan, karena mereka tahu bahwa jejak auditnya akan segera dihapus.

3. Elemen Ketiga: Rasionalisasi
Rasionalisasi maksudnya adalah pelaku fraud meyakinkan diri mereka sendiri bahwa fraud tersebut diperbolehkan dengan berbagi argumentasi yang mereka berikan. Semisal seperti Robin Hood, dia melakukan tindakan fraud, yaitu mencuri harta orang kaya. Seharusnya hal demikian tidak boleh dilakukan, tetapi dia berargumentasi bahwa dia memberikan harta yang dicurinya tersebut kepada orang miskin. Sehingga menurut dia hal tersebut (fraud) diperbolehkan karena bertujuan baik. Ada beberapa rasionalisasi yang biasanya digunakan oleh para fraudsters/pelaku fraud, yaitu: ‘perusahaan meminjamkannya padaku’; ‘aku hanya meminjam-nanti akan kukemablikan lagi’; ‘tidak ada orang yang terluka’; ‘aku pantas mendapatkan lebih’; ‘ini untuk tujuan baik’; ‘kami akan memperbaiki pencatatan secepatnya setelah kesulitan ekonomi kami selesai’; ‘sesuatu harus dikorbankan, entah tiu integritasku atau reputasiku’.

PEMBAHASAN KASUS
Kasus 2-8
Saya adalah pemilik sebuah department store di kota kecil. Seluruh karyawan yang bekerja dengan saya merupakan karyawan lama yang telah bekerja bertahun-tahun dan saya telah mengenal dengan baik seluruh karyawan saya. Oleh karena itu, tidak ada alasan saya untuk khawatir mengenai pengendalian internal. Saya telah memberikan contoh yang baik kepada karyawan dan saya secara aktif melibatkan diri dalam setiap aktivitas bisnis sekaligus memberikan pelatihan kepada setiap karyawan.
Namun, beberapa waktu belakangan ini saya merasa curiga dengan salah satu karyawan yang bekerja sebagai kasir. Saya curiga bahwa kasir tersebut telah mencuri uang dari cash register. Padahal karyawan tersebut telah bekerja dengan saya selama 15 tahun dan dia merupakan karyawan yang baik dan jujur. Setelah melakukan penyelidikan ternyata kasir tersebut terbukti bersalah telah melakukan pencurian sejumlah uang dan telah mengakui bahwa dia telah mencuri uang sejumlah $25.000 dalam kurun waktu beberapa tahun ini. Awalnya dia melakukan hal tersebut untuk memberikan hadiah bagi istri dan anaknya. Namun, beberapa tahun kemudian, istrinya dipecat dari pekerjaanya sedangkan mereka memiliki anak lagi dan banyak tagihan yang harus dibayar.
Pertanyaan :
1.     Elemen fraud apakah yang ada pada kasus ini?
2.   Bagaimana kita dapat mendeteksi dan mencegah fraud sejak awal?
3.    Bagaimana kita mendekatkan diri dengan karyawan berkaitan dengan interaksi dan hubungan di masa depan?
4. Apakah penggunaan kamera tersembunyi dan sistem komputer yang memadai sebagai pengendalian internal dapat mencegah fraud?

Pembahasan :
1.    Elemen fraud yang ada pada kasus ini adalah :
·         Tekanan:
a.     Keinginan untuk membahagiakan keluarga dengan memberi hadiah kecil kepada istri dan kedua anaknya menyebabkan karyawan melakukan fraud.
b.      Dipecatnya istri dari pekerjaannya menyebabkan karyawan harus menanggung seluruh biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar setiap tagihan yang ada.
Kesempatan: lemahnya pengendalian internal yang ditunjukkan dengan tidak adanya pemisahan fungsi. Karyawan bertanggung jawab pada bagian kasir, namun dia juga memiliki akses terhadap register kas.  Selain itu, lemahnya sistem pengawasan perusahaan yang disebabkan oleh tingkat kepercayaan perusahaan yang sangat tinggi kepada karyawan memungkinkan kecurangan karyawan tidak/lambat terdeteksi.
Rasionalisasi
a. Karyawan telah bekerja dalam waktu yang panjang, yaitu 15 tahun dan selama itu, dia dikenalsebagaikaryawanyang baikdanjujur.
b. Sifat kekeluargaan yang kental dalam melaksanakan kegiatan bisnis telah meresap pada lingkungan kerja.

2.    Kita dapat mendeteksi tindak kecurangan ini sejak awal dengan melakukan kontrol dokumen dan pencatatan. Pemilik dapat melakukan pencocokan catatan dan dokumen bagian gudang yang mengatur persediaan dengan penjualan yang terjadi. Selanjutnya, jika ternyata dicurigai adanya kecurangan, dapat dilakukan deteksi dengan menggunakan kamera pengawas.
Sedangkan pencegahan dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan pengendalian yang baik, bisa dilakukan dengan cara memberikan contoh manajemen yang baik terhadap karyawan, berkomunikasi dengan baik dengan karyawan, perekrutan karyawan dengan kulifikasi yang layak, membentuk struktur organisasi yang jelas, dan yang terakhir membentuk bagian audit internal yang efektif yang dikombinasikan dengan tindakan keamanan dan pencegahan kehilangan.
3.    Pendekatan yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak hanya melibatkan diri kita dalam aktivitas bisnis, tetapi melakukan komunikasi secara personal terhadap karyawan. Dalam kasus ini, hal ini diperlukan karena kasir tersebut tidak pernah menceritakan masalah keuangannya kepada pemilik department store. Sepertinya ia menganggap bahwa masalah keuangan yang sedang dia hadapi merupakan masalah pribadi yang tidak perlu diketahui oleh orang lain. Jika pemilik department store dapat berkomunikasi dengan baik terhadap karyawan, maka pemilik tersebut dapat mengetahui masalah yang sedang dihadapi dan dapat membantu memberikan alternatif penyelesaiannya.
4.    Penggunaan kamera pengawas mungkin dapat mencegah terjadinya fraud. Namun, kamera tersebut sebenarnya lebih berfungsi dalam pendeteksian fraud. Sedangkan peningkatan sistem komputer dapat mencegah fraud jika input-proses-output berjalan dengan baik.

Kasus 2-13
Sebagai seorang anggota staf baru di sebuah perusahaan besar nasional, Anda sangat bersemangat dengan peluang karir Anda. Anda berharap dapat belajar dari karyawan senior di perusahaan yang Anda anggap sebagai salah satu karyawanterbaik di perusahaan. Selama minggu pertama pelatihan, anda dipanduolehseorang mentor. Peran mentor adalah untuk membantu anda mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan anda kelak. Ternyata, mentor Anda yang lain adalah salah satu karyawan terbaik yang Anda hormati.
Suatu hari, ia mengajak keluar makan siang. Ketika Anda makan, Anda mulai membahas kebijakan perusahaan. Dia menjelaskan pada Anda mengenai kebijakan penggantian biaya. Kebijakan perusahaan menentukan bahwa biaya seperti makan siang adalah tanggung jawab karyawan dan tidak dapat dikompensasikan. Pengecualian terhadap kebijakan ini adalah untuk makan siang dengan klien dan calon klienpotensial, atau untuk tujuan pekerjaan lainnya. Dia memberitahu Anda "off the record" bahwa tidak ada seorangpun yang benar-benar mengikuti kebijakan ini, dan bahwa Anda selalu bisamencaricelah untuk membenarkan biaya makan siang sebagaibiaya yang dapatdiganti, selama anda tidak melakukannya setiap hari. Selain itu, atasan Anda tidak akan benar-benar meneliti permintaan penggantian biaya apapun yang berada di bawah $ 25, jadi mengapa khawatir tentang hal itu?

Pertaanyaan
1.      Apakah ini fraud dengan menjadikan biaya makan siang pribadi sebagai biaya bisnis?
2.      Apa elemenfraud yang terdapat dalam kasusini?
3. Bagaimana Anda menanggapi sikap mentor dan yang karyawan lain terkait penyalahgunaan kebijakan perusahaan?

Pembahasan :
1.      Ya, hal yang dilakukan oleh mentor tersebut adalah fraud/kecurangan.
Menurut Occupational Fraud Classification System, The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, dimana salah satunya adalah Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation). Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau hartaperusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudahdideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).Berdasarkan kasus diatas, penyalahgunaan asset tersebut berkaitan dengan fraudulent disbursement, seperti pengaturan reimburse expense, kesalahan penggolongan biaya, biaya yang terlalu besar, biaya fiktif, serta penggandaan reimburse expense.
2.      Elemen Fraud
a.      Rasionalisasi
·         Para mentor dan karyawan diatas, telah memikirkan bagaimana risiko yang akan timbul atas kecurangan yang diperbuat. Mereka menjadikan kecurangan tersebut sebagai suatu tantangan dan merasionalisasinya, sehingga terjadi kecurangan secara “berjamaah” yang sangat sulit untuk terdeteksi.
·         Mentor memiliki keinginan untuk melakukan penipuan atas dasar kebutuhan makan siang yang seharusnya menjadi beban perusahaan, sebaliknya malah menjadi beban pribadi.
b.      Kesempatan
Kelemahan sistem perusahaan dimana tidak adanya pengawasan yang memadai terhadap reimburse biaya dibawah $25 memicu terjadinya fraud. Peluang tersebut merupakan fasilitas atas kebutuhan para mentor atau karyawan yang menginginkan adanya penggantian biaya makan siang.

3.      Honesty is better than any policy."- Immanuel Kant
          Dari pernyataan diatas, saya sebagai orang baru dan melihat bahwa adanya sebuah kecurangan di dalam perusahaan. Maka, saya akan mencoba untuk bertindak jujur atas kebijakan perusahaan. Saya percaya bahwa kejujuran merupakan hal yang lebih baik dibandingkan semua kebijakan yang dibuat. Maksudnya adalah dari pada saya harus melakukan perbuatan yang tidak jujur atau curang, lebih baik saya menaati kebijakan yang dibuat. Pada dasarnya kejujuran adalah kebijakan yang lebih bijak.
Policy yang dibuat perusahaan pasti memiliki suatu tujuan. Jika memang tujuan tersebut hanya bersifat sepihak/hanya untuk kepentingan perusahaan, sebaiknya dilakukan pembicaraan secara baik-baik untuk menghasilkan win-win solution. Jika pada akhirnya, policy tersebut bersifat final, dan tidak dapat diganggu gugat. Just take it or leave it!



KESIMPULAN
Pelaku fraud umumnya lebih berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka yang memiliki catatan kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik. Pengetahuan ini membantu kita untuk mengerti bahwa (1) kebanyakan pegawai, konsumen, pemasok, dan partner bisnis memiliki kesesuaian atau cocok dengan karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud, (2) sangat sulit untuk memprediksi apa yang menyebabkan pegawai, pemasok, klien, dan konsumen akan menjadi tidak jujur.
Ada tiga alasan utama mengapa orang-orang melakukan fraud, yaitu: (1) tekanan (2) kesempatan dan (3) suatu cara untuk merasionalisasi bahwa tindakan fraud diperbolehkan. Ketiga elemen itulah yang kita sebut dengan fraud triangle. Tekanan dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu: tekanan finansial, tekanan kejahatan, tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan tekanan lain-lain. ada enam faktor utama yang dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat terlibat dalam tindakan fraud, yaitu: Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat mencegah atau mendeteksi adanya perilaku kecurangan/fraud; Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja;Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud; Kurangnya akses informasi;Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis;Kurangnya jejak audit.Ada lima prosedur atau aktivitas pengendalian utama: Pemisahan tugas/wewenang, Sistem Otorisasi, Pemeriksaan Independen, Pengamanan Fisik, Dokumen dan Pencatatan


No comments :

Post a Comment