Welcome to My Blog. Semoga Bermanfaat :)(Akuntansi | Al-Catraz | Hobby | Opini | Other Story)

2 September 2013

Mengawali Jejak : Ranu Kumbolo (Day 1)

Al-Catraz History

Ranu Kumbolo (2.390 mdpl)

(16-18 November 2012)

Day 1



Assalamualaikum sobat, ini adalah postingan pertama tentang pengalaman berwisata saya dan keluarga kontrakan al-catraz. Dalam postingan ini, saya akan berbagi pengalaman mendaki saya dan kelima anggota keluarga kontrakan. Satu anggota tidak bisa ikut pendakian ini karena dia sedang ada KKNP. Kami berenam akan mendaki ke sebuah danau. Mendaki ke danau? iya, danau ini terletak dilereng gunung Semeru Jawa Timur, gunung tertinggi di pulau Jawa.  Danau ini sudah terkenal ke seluruh penjuru tanah air bahkan keindahannya sudah sampai di negara lain pula. Beberapa dari anda mungkin sudah mengenal danau ini apalagi bagi para pecinta film 5cm pasti sudah tahu danau apa ini. Danau Kumbolo atau Ranu Kumbolo 2.390 meter diatas permukaan laut. Inilah kisahnya....

Hari Pertama

    Pagi hari 16 November 2012, kami bersiap untuk memulai perjalanan pendakian ke ranu kumbolo. Kami terlebih dahulu harus menuju pos ranu pane untuk registrasi pendakian. Segala perlengkapan mountainering telah kami siapkan dengan matang. Bagi seorang pendaki pemula, kami memang tidak tahu apa saja yang seharusnya dibawa pada saat pendakian. Dalam angan kami pendakian ke ranu kumbolo hanya sebatas mendaki bukit saja. Namun pada kenyataannya pendakian ke ranu kumbolo tidak sesederhana itu. Hari itu kami memulai perjalanan darat dari kontrakan menuju ke lokasi dengan menaiki sepeda motor. Tanpa berbekal pengetahuan tentang medan perjalanan, kami nekat berangkat dengan hanya mengandalkan navigasi yang ada dihandphone. Kami menuju lokasi dari Kota Malang melalui Jalur Lumajang. Perjalanan terasa asyik dan menyenangkan, sesekali kami beristirahat dan mencari puskesmas atau dokter yang bisa memberikan surat keterangan kesehatan sebagai syarat administrasi mendaki ke ranu kumbolo. Namun tidak ada satupun puskesmas dan dokter yang bisa memberikan surat ijin tersebut, karena pada saat itu bertepatan dengan hari libur nasional.
    Kami terus lanjutkan perjalanan sesuai penunjuk gps. Hingga pada satu titik dimana tubuh sudah mulai kelelahan dengan perjalanan selama 2 jam namun tak kunjung sampai dilokasi pos ranu pane, salah satu teman kami mencoba bertanya jalan menuju ke ranu pane pada penduduk setempat. Dia bilang bahwa perjalanan masih jauh sekitar 1,5 jam lagi. Mendengar hal itu kami sontak kaget, kok lama ya? Namun hal itu tak menyurutkan semangat kami. Kami melanjutkan perjalanan lagi. Sekitar setengah jam perjalanan, kami menemui jalan yang tak lazim lagi. Kami memasuki desa-desa terpencil dan rute semakin membuat kami merasa frustasi. Jalan yang kami lalui rusak parah, kami melewati alas atau hutan wilayah konservasi Bromo Tengger Semeru. Kami merasakan jalan yang begitu panjang ditengah hutan, sesekali kami berhenti dipinggir untuk menghela nafas.
 
  kurang lebih gambaran jalan dan hutannya seperti ini

     Dalam setiap detik mulut kami tak berhenti berdoa agar kami tak tersesat. Perasaan kami campur aduk disaat itu apalagi bensin disepeda motor salah satu teman sudah hampir habis. Pengalaman luar biasa. Dan pada akhirnya setelah sekitar satu jam mengarungi hutan konservasi BTS itu kami menemui tanda-tanda kehidupan. Banyak penduduk yang lalu lalang disekitar jalan. Alhamdulillah kami tinggal berjarak 500 meter lagi dari pos ranu pane. Ban sepeda motor saya sempat pecah dilokasi. Selagi saya menambal ban sepeda motor teman-teman yang lain menunggu di pos ranu pane dan mengurus registrasi pendakian. Dan kabar buruk kami terima, kami tidak diijinkan melakukan pendakian karena kami tidak punya surat keterangan dokter. Kami mencoba melobi dan berdebat dengan petugas registrasi namun upaya kami gagal. Perjalanan yang melelahkan dan kami gagal mendaki.
 wajah lelah, sedikit semangat, dan frustasi

   Kami akhirnya memutuskan untuk mengurus surat keterangan dokter di puskesmas Tumpang. Puskesmas itu selalu buka setiap hari karena memang diperuntukkan bagi pendaki. Kami harus melakukan perjalanan turun gunung menuju tumpang. Selang setengah jam hujan turun, kami menepi untuk memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Sekitar 15 menit setelahnya kami sampai dipuskesmas tumpang. Langsung saja kami meminta surat keterangan dokter dipuskesmas itu. Surat sudah didapat, namun kami memutuskan untuk tidak kembali ke ranu pane. Kami memutuskan untuk pulang ke kontrakan saja karena jarak dari Tumpang ke kota Malang cukup dekat. Didalam benak kami, Allahu Akbar, kenapa tidak dari tadi pagi kami lewat tumpang saja, jaraknya lebih dekat dan lebih simple dari pada jalur yang kami lalui sebelumnya. Inilah akibat dari kelalaian dan sok nekat kami. Ternyata memang ada dua jalur menuju pos ranu pane yaitu jalur via lumajang dan jalur via tumpang. Sesampainya dikontrakan kami langsung merebahkan badan dan bersiap untuk perjalanan yang kami nantikan di esok hari.

No comments :

Post a Comment